KARAKTER WAHYUNI DI SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN BEGITU MELEKAT PADA ANASTASJA RINA. FENOMENAL. HATERS BANYAK TAPI FANS JUGA BANYAK. AWALNYA TENTU TAK MUDAH, SAMPAI AKHIRNYA RINA BERHASIL MENJELMA MENJADI WAHYUNI YANG SEUTUHNYA!

Mamah Rina, begitu Anastasja Rina biasa dipanggil, sama sekali belum pernah menonton sinetron Tukang Ojek Pengkolan (TOP) karena sibuk syuting FTV dan sinetron lainnya. Ketika kesempatan itu datang, ia pun langsung bingung. “Wuaduh! Nebang hutan belantara ini!” aku Mamah Rina saat dijumpai di kediamannya di Beji, Depok, Jawa Barat.

Untunglah anak bungsunya, Gazto Gravas, rajin menonton TOP dan juga Preman Pensiun, yang sama-sama diproduksi oleh Aris Nugraha Productions (ANP). Si bungsu pun menentir Mamah Rina bahwa di sinetron ini ada tiga tukang ojek, tiga aki-aki, tiga pedagang, dan Mamah Rina menjadi istri dari pedagang ketoprak, Mas Indro.

Mamah Rina bersama si bungsu, Gazto Gravas, saat wisuda kelulusan dari jurusan Sastra Inggris Universitas Gunadarma. Wisuda dilaksanakan secara daring karena sedang pandemi Covid-19.

Episode pertama di TOP, Mamah Rina masih belum maksimal. Saat itu, ia belum bisa menjadi Wahyuni seperti yang diinginkan oleh skenario, yakni biang gosip, tukang ngomel, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Salah satu pemain, Otong Lalo yang menjadi Babe Naim, memberi arahan bahwa karakter Wahyuni harusnya seperti ini, kalau marah tidak seperti itu. Mamah Rina pun gelisah. Ia harus segera menemukan jati dirinya sebagai Wahyuni alias Mbak Yuni.

Mamah Rina bersama Babe Naim (tengah) dan Haji Murod (kiri).

“Saya mikir, saya harus menjadi ibu-ibu Jawa yang seperti apa? Saya nggak mungkin jadi Jawa seperti Soimah, atau seperti Bulik Wiwi di Amanah Wali (Rizky Inggar), atau Asri Welas. Saya harus beda dari mereka,” kenang Mamah Rina.

Ia lalu teringat oleh ibu-ibu di Jalan Majapahit, Depok, Jawa Barat. “Saya kan tinggal di Pesona Khayangan. Di belakang kompleks itu ada pintu kecil yang tembus ke perkampungan, namanya Jalan Majapahit. Nah, di situ kalau pagi ada tukang nasi uduk, namanya Mbak Siti. Tiap pagi, ibu-ibu tumplek blek di situ dan semuanya Wahyuni!” tutur Mamah Rina yang dilanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak.

Pasukan ibu-ibu Rawa Bebek di sinetron Tukang Ojek Pengkolan.

Maka, kembalilah Mamah Rina ke warung nasi uduk Mbak Siti untuk melakukan riset. Jika dulu ia datang ke sana hanya sebentar saja, sekadar beli nasi uduk dan gorengan lalu pulang, tapi sekarang ia bisa ngetem di sana sampai dua jam! Apalagi kalau bukan demi mempelajari sifat dan sikap dari Wahyuni-Wahyuni yang silih berganti datang ke warung itu. “Ternyata ibu-ibu seperti Wahyuni itu bener-bener ada!” ungkap Mamah Rina yang dalam satu hari bisa bertemu dengan 20 Wahyuni di warung nasi uduk serta di warung sayur.

Setiap pagi, selalu ada saja yang digosipkan oleh para Wahyuni ini. Mulai dari tetangga mereka yang suka minjem duit sampai gaya busana pejabat kota Depok. “Mereka itu bisa tahu lho, apa merk jilbab yang dipakai sama Ibu Walikota dan berapa harganya. Padahal itu lagi acara pengajian. Hla kok yang diperhatiin bukan isi pengajiannya tapi malah busananya. Di sini saya langsung ambil kesimpulan, ini Wahyuni! Wahyuni tuh ya kayak begini!” tutur Mamah Rina dengan antusias.

Salah satu adegan Wahyuni di sinetron Tukang Ojek Pengkolan.

Bukan hanya isi gosipan, volume suara mereka saat bergosip juga dipelajari oleh Mamah Rina. “Mereka itu kalo ngomong nggak bisa pelan. Volume suaranya kuenceng! Dan itu saya ikutin!” ujar Mamah Rina sambil tertawa lagi.

Cara mereka dandan juga diamati Mamah Rina. “Mereka itu, pagi-pagi udah dandan, full make up. Apalagi kalau mau pengajian, pagi-pagi udah pake seragam. Dan cara mereka dandan juga hampir seragam. Pake blush on kayak abis ditabokin. Itu juga saya ikutin!” papar Mamah Rina. Gaya alis para ibu-ibu ini juga ditiru oleh Mamah Rina dan bahkan pernah jadi trending. “Alis Wahyuni itu jadi trending! Ada yang bilang alis golok, alis bulan sabit, macem-macem deh istilahnya,” tutur Mamah Rina.

Perhatikan alisnya!

Semua usaha riset yang dilakukan Mamah Rina akhirnya membuahkan hasil yang sangat maksimal. Ia pun benar-benar menjelma menjadi Wahyuni seutuhnya, yang dibenci sekaligus disukai oleh banyak penonton, setelah menjalani syuting selama 20 episode.

Mamah Rina benar-benar tidak menyangka kesungguhannya mencari jati diri Wahyuni membuahkan popularitas yang luar biasa. Ia tak hanya dikenal oleh warga perkotaan tapi juga warga di desa pelosok bahkan yang di atas gunung.

“Saya pernah ke pesantren yang letaknya di atas gunung. Saya terkejut, mereka semua kenal sama saya. Saya bener-bener nggak nyangka bisa jadi terkenal seperti ini. Saya sangat-sangat berterima kasih kepada Mas Aris Nugraha yang telah menciptakan karakter Wahyuni sedemikian detilnya dan memberikan saya kesempatan untuk memainkannya,” tutur Mamah Rina.

Wahyuni, Aris Nugraha, Bagas, dan Mas Indro.


Eksplorasi konten lain dari Kabar Baik

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

By maly asooy

Seorang lelaki yang dulu sangat membenci pelajaran mengarang di sekolah. Namun, perkenalannya dengan Teater 35, menemukan suatu kegembiraan baru dalam menulis. Bahkan, sepak terjangnya sebagai penulis membawa lulusan FISIP UI ini turut berperan dalam memecahkan rekor MURI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *