SALAH SATU LABEL MUSIK BESAR MENAWARKAN ANEZ NGAPAK UANG SEBESAR 15 JUTA RUPIAH. NAMUN, ANEZ MENOLAKNYA! ADA APAKAH GERANGAN?

Bagi seorang musisi, bekerja sama dengan sebuah label besar adalah kesempatan yang luar biasa. Tak terkecuali bagi Anez Ngapak, pemuda asal Gombong, Jawa Tengah, yang merantau ke Jakarta demi sebuah impian besar, menjadi musisi.

“Sebuah band kalau bisa kerja sama dengan label jadi lebih berkelas, kualitas recording juga lebih bagus, dan promosinya pasti lebih kuat karena didukung oleh kekuatan dana yang besar,” ujar Anez panjang lebar.

Anez Ngapak, ke Jakarta membawa impian menjadi seorang musisi.

Di Jakarta, Anez membentuk sebuah grup band bersama saudara-saudaranya dengan nama Green House. Anez berhasil menciptakan 2 lagu, yang berjudul Jauh Hilang dan Mungkin. Kedua lagu ini ditawarkan ke salah satu label musik besar di Indonesia. Label musik ini tertarik lalu mengajak Green House untuk bekerja sama. Anez senang bukan kepalang, meskipun ada sejumlah dana yang harus Green House sediakan. “Label mau, tapi kita ikut patungan 50 juta, untuk recording dan mastering. Nanti promosinya, 800 juta, label yang tanggung,” papar pria kelahiran tahun 1980 ini.

Tahun 2010, uang 50 juta rupiah merupakan jumlah yang sangat besar. Namun, Anez dan personel bandnya pantang mundur. Mereka berusaha segala cara untuk mendapatkan uang. “Saya sampe jual hape, tapi tetap uangnya nggak kekumpul juga,” kenang Anez.

Anez bersama alat musik andalannya, gitar bas.

Akhirnya, impian Green House untuk bekerja sama dengan label musik besar pupus sudah. Bukan karena mereka gagal mengumpulkan uang, melainkan karena sang vokalis menikah lalu suaminya melarang untuk bernyanyi. Green House bubar, sebelum mereka berhasil mengumpulkan uang 50 juta rupiah. Anez pun menangis.

Akan tetapi, kesempatan untuk Anez secara pribadi tetap terbuka. Label musik ini menyatakan siap membeli 2 lagu ciptaan Anez dengan harga 15 juta rupiah tapi Anez malah menolaknya. “Jumlahnya memang besar tapi kalau dilihat dari konsekuensinya, ini kecil,” tutur Anez.

Konsekuensi yang dimaksud Anez adalah ia harus menyerahkan hak cipta lagunya kepada label musik tersebut, bahkan nanti namanya pun tidak akan ditulis sebagai pencipta lagu tersebut. “Mereka mau beli putus. Hak cipta jadi milik mereka. Saya tidak mau, ini karya saya,” tegas Anez. Pria berkacamata ini lalu mengungkapkan bahwa harga yang wajar untuk kedua lagunya tersebut, jika ingin dibeli putus, adalah minimal sebesar 30 juta rupiah. Tentunya, untuk kurs tahun 2010.


Eksplorasi konten lain dari Kabar Baik

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

By maly asooy

Seorang lelaki yang dulu sangat membenci pelajaran mengarang di sekolah. Namun, perkenalannya dengan Teater 35, menemukan suatu kegembiraan baru dalam menulis. Bahkan, sepak terjangnya sebagai penulis membawa lulusan FISIP UI ini turut berperan dalam memecahkan rekor MURI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *