“NEGARA-NEGARA BARU” MULAI BERMUNCULAN DI ARENA BULU TANGKIS. INDONESIA HARUS WASPADA!
Bulu tangkis dahulu identik dengan segelintir negara saja, seperti Indonesia, China, Korea Selatan, Inggris, dan India. Atlet-atlet dari kelima negara inilah yang merajai beragam turnamen tingkat dunia.
Kemudian, beberapa negara mulai unjuk gigi seperti Malaysia, Denmark, Jepang, dan Spanyol. Sekarang, di ajang Olimpiade Paris 2024, “negara-negara baru” mulai bermunculan, menunjukkan diri bahwa mereka layak diperhitungkan, seperti Guatemala, El Savador, dan Nigeria.
Kevin Cordon adalah salah satu pelopornya. Pebulu tangkis asal Guatemala ini berhasil mencapai babak semifinal di Olimpiade Tokyo 2020. Prestasi ini menorehkan tonggak sejarah baru bagi negara dan kawasannya.

Sinisuka Ginting asal Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 pada 2 Agustus 2021. (Xinhua/Ou Dongqu)
Kendati cedera memaksa Cordon mundur lebih awal di Olimpiade Paris, kisahnya terus menginspirasi para pebulu tangkis muda di seluruh Amerika Tengah, termasuk Uriel Francisco Canjura Artiga, pebulu tangkis asal El Savador. “Dia adalah inspirasi kami. Mencapai babak semifinal di ajang Olimpiade tidaklah mudah. Dia berhasil melakukannya. Jadi, mengapa saya tidak bisa melakukan hal serupa?” tutur Canjura.

Heo Kwanghee asal Korea Selatan di Olimpiade Tokyo 2020 pada 31 Juli 2021. (Xinhua/Cao Can)
Meskipun di Olimpiade 2024 ini langkah Canjura dihentikan oleh unggulan ke-10 asal Singapura, Loh Kean Yew, Canjura tetap merasa bangga dan tak patah semangat. “Ini pengalaman yang luar biasa. Saya tidak pernah membayangkan berada di tempat seperti ini, di arena yang sangat besar dengan semua pemain terbaik di dunia,” ujar Canjura dengan antusias pascalaga.
Dari awal yang sederhana, bermain tanpa alas kaki di lapangan belakang rumah dengan garis lapangan yang terbuat dari abu putih, perjalanan Canjura hingga berlaga di pentas Olimpiade menjadi bukti atas ketangguhan dan tekadnya.
Pada usia 15 tahun, Canjura meninggalkan keluarganya untuk berlatih di San Salvador, sebuah kota yang sempat terkenal dengan maraknya kasus kekerasan. “(Kota) itu sangat berbahaya, Anda tidak dapat pergi dengan membawa ponsel atau uang. Untungnya, mereka tidak tahu nilai sebuah raket bulu tangkis,” kenang Canjura, mengingat ironi tersebut sembari tertawa kecil.
Benua Afrika pun tak mau kalah. Mereka punya Anuoluwapo Juwon Opeyori. Pebulu tangkis asal Nigeria yang tampil di dua edisi Olimpiade berturut-turut ini menjadi mercusuar asa bagi rekan-rekan senegaranya.

melawan Li Shifeng asal China di Olimpiade Paris 2024 pada 31 Juli 2024. (Xinhua/Ren Zhenglai)
Berasal dari permukiman kumuh di Lagos, Opeyori ditemukan oleh pelatihnya saat bermain sepak bola. Meski minim fasilitas dan pelatihan yang layak dengan peralatan yang telah usang, dia berhasil menjadi juara Afrika sebanyak empat kali dan bertekad mematahkan kutukan bulu tangkis Afrika di Olimpiade, di mana belum pernah ada pebulu tangkis tunggal putra Afrika yang mencapai fase gugur.
“Kami biasanya berlatih menggunakan kok bekas, yang membatasi intensitas latihan,” ungkap Opeyori, sembari menunjukkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh para pebulu tangkis Afrika dalam mengakses peralatan yang berkualitas.
Opeyori dan Canjura memang belum meraih medali di Olimpiade Paris 2024 tapi bukan tak mungkin akan lahir pebulu tangkis-pebulu tangkis hebat dari negara mereka atau juga dari negara-negara Amerika Tengah dan Afrika lainnya yang suatu saat akan menjadi lawan-lawan kuat bagi negara-negara pendahulu, yang sudah lama mengukir prestasi di arena bulu tangkis, termasuk Indonesia. [XINHUA]
Eksplorasi konten lain dari Kabar Baik
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.